artikel1

Jadwal sekolah anak cukup padat mulai dari jadwal sekolah, ekstrakurikuler, dan waktu bermain menjadi tantangan terbesar. Peran orang tua adalah mengajarkan anak untuk belajar secara efektif tanpa merasa tertekan atau kewalahan. Konsep manajemen waktu belajar yang insentif bukan berarti memaksa anak untuk belajar lebih lama, melainkan melatinya untuk belajar lebih fokus, terstruktur, dan cerdas dalam durasi yang optimal.

Terlebih kemampuan mengatur waktu adalah soft skill terpenting yang akan menentukan kesuksesan anak di masa depan. Hal ini membantu anak merasa memiliki kontrol, mengurangi stres, dan meningkatkan rasa percaya diri. Berikut strategi yang efektif untuk mengatur manajemen waktu anak.

Memahami Jam Biologis Anak

Manajemen waktu yang efektif dimulai dengan memahami kapan anak berada pada kondisi paling optimal untuk belajar dalam puncak konsentrasinya. Tujuannya untuk mendapatkan hasil maksimal dari kegiatan belajarnya.

Mengidentifikasi Prime Time

Setiap anak memiliki prime time belajar yang berbeda-beda. Ada yang bisa fokus pada saat pagi hari setelah sarapan, ada juga yang lebih tenang dan bisa berkonsentrasi penuh setelah istirahat sore.

Hal yang bisa dilakukan mengamati kapan anak menjadi responsif dan berenergi. Jadikan waktu tersebut sebagai waktu untuk mengerjakan tugas yang paling sulit dan membutuhkan konsentrasi tinggi.

Menetapkan Batas Waktu Realistis

Anak usia sekolah dasar hanya dapat fokus secara insentif dalam waktu yang siingkat. Memaksakan waktu belajar berjam-jam justru tidak produktif. Sebaiknya coba terapkan anak dengan prinsip Pomodoro yang bisa belajar secara insentif dalam 25 menit diikuti dengan istirahat 5 menit. Tanamkan konsep kepada anak bahwa kualitas fokus lebih penting daripada kuantitas jam.

Setelah semua hal di atas dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah mengubah daftar tugas yang menumpuk menjadi tugas yang sudah terselesaikan.

Menggunakan Visualisasi dan Daftar Prioritas

Kenyataannya anak-anak lebih mudah memahami konsep yang visual. Berikut cara menggunakan visualisasi dan daftar prioritas.

Membuat Daftar Tugas

Orang tua dapat membantu membuat daftar tugas (To-Do List) harian. Bisa menggunakan papan tulis kecil atau sticky notes dengan warna berbeda untuk setiap subjek, seperti merah untuk matematika dan biru untuk bahasa.

Mengajarkan Prioritas

Sejak dini sebaiknya anak dikenalkan dengan aturan sederhana, seperti “eat the frog”, yaitu mengerjakan tugas yang paling sulit atau paling tidak disukai terlebih dahulu. Menyelesaikan tugas yang sulit di awal akan memberikan dorongan motivasi besar.

Menggunakan Teknik “Time Blocking” untuk Keseimbangan
Manajemen waktu yang baik harus mencakup semua aspek kehidupan, bukan hanya belajar saja. Berikut teknik “time blocking” yang bisa dilakukan.

Blok Waktu

Orang tua dapat membantu anak membagi harinya menjadi blok-blok dengan waktu spesifik, seperti blok belajar untuk fokus, blok bermain untuk energi, blok makan atau istirahat, dan blok tidur. Hal ini mengajarkan anak bahwa semua kegaitan memiliki tempat dan waktunya masing-masing.

Integrasikan Waktu Luang

Memastikan waktu bermain dan bersosialisasi juga tercantum dalam jadwal. Hal ini mampu mengurangi stres dan membuat anak lebih disiplin saat harus kembali belajar.

Memecah Tugas Besar Menjadi Langkah Kecil

Terkadang tugas besar bisa diterima anak. Tugas besar, seperti membuat makalah atau mempelajari 5 bab sekaligus bisa terasa menakutkan dan memicu penundaan. Hal yang bisa  orang tua lakukan dengan membantu anak memecah tugas besar menjadi langkah-langkah kecil dan spesifik. Setelah berhasil dilakukan oleh anak, maka orang tua dapat memberikan apresiasi kecil setiap kali satu langkah berhasil diselesaikan.

Peran orang tua dalam keberhasillan dalam manajemen waktu pada anak sangat bergantung pada peran orang tua sebagai mentor dan role model.

Menjadi Teladan yang Terstruktur

Sejatinya anak adalah peniru yang ulung. Jika sebagai orang tua sering menunda-nunda pekerjaan dan tidak memiliki jadwal yang jelas, maka anak dapat menirukan hal tersebut. Tunjukkan sebagai orang tua bahwa waktu adalah hal yang berharga. 

Tidak luput untuk selalu berdiskusi dengan anak untuk menentukan jadwalnya. Tunjukkan bahwa sebagai orang tua memiliki waktu untuk bekerja, berolahragaa, dan bersantai.

Menciptakan Ruang Belajar yang Kondusif

Ruang belajar harus mendukung konsentrasi. Jauhkan semua distraksi yang bisa diakses anak. Terapkan aturan tegas bahwa saat “blok belajar” sedang berlangsung, maka handphone harus dimatikan atau diletakkan di tempat terpisah, kecuali akan digunakan sebagai alat belajar. 

Kemudian, pastikan area belajar anak tetap tenang, terang, dan nyaman. Tujuannya untuk mencapai tingkat fokus yang lebih tinggi lagi.

Evaluasi Rutin dan Flesibilitas

Jadwal yang kaku akan cepat membuat anak cepat frustasi. Evaluasi harus dilakukan dengan empati, bukan dengan penghakiman. Biasakan untuk meluangkan waktu 10 menit di akhir pekan untuk mendiskusikan apa yang berhasil dan apa yang bisa diperbaiki dari jadwal minggu lalu. 

Kemudian, beri tahu anak bahwa jadwal sebagai panduan, bukan sebagai penjara. Mengubah jadwal saat ada hal tidak terduga adalah tanda kematangan, bukan kegagalan.

Melatih manajemen waktu yang intensif adalah hadiah terbesar yang bisa orang tua berikan kepada anak. Hadiahnya bukan sekadar nilai yang bagus, melainkan perasaan memiliki kontrol atas hidup mereka sendiri. Anak yang terstruktur akan tumbuh menjadi individu yang lebih tenang, tangguh, dan siap menghadapi tantangan persaingan di masa depan, karena mereka belajar untuk tidak hanya bekerja keras, tetapi juga belajar cerdas.

Lebih lanjut untuk dibaca...